Pak Margono adalah seorang pesuruh di sebuah SMA swasta yang cukup terkenal, suatu siang pak margono melihat kerumunan puluhan murid dan beberapa guru di teras ruangan laboratorium, dari suara ributnya mungkin ada kejadian luar biasa, Pak Margono semula acuh namun akhirnya dia dating mendekat juga karena salah satu guru yang juga wakil kepala sekolah memanggilnya.

Ternyata setelah di usut ada seorang siswa yang sehabis pelajaran olahraga menendang bola yang seharusnya di bawa ke gudang.Sialnya bola tadi mengenai kaca jendela nako sampai hancur berantakan.

Dasar sekolah swasta yang sudah terbiasa berdemokrasi tidak heran kalau guru-guru di situ memberikan komentar atas kejadian tadi, lagi pula berhubungan dengan kurikulum baru yang berbasis kompetensi (KBK) di mana para siswa di harapkan tidak hanya tahu teori tetapi harus tahu dengan keadaan nyata dalam situasi apapun.

Berikut ini dialog dari beberapa guru yang berada di TKP.

Wakil kepala sekolah : “Bagaimana komentar bapak-bapak tentang kejadian tadi??”

Guru fisika : “Gerakan tadi adalah contoh dari gerakan balistik atau gerak peluru.”

Guru kimia : “Masa kaca sebelum dan sesudah pecah adalah sama.”

Guru matematika : “Lintasan bola tadi pasti adalah kurva melengkung parabola.”

Wakil kepala sekolah : “Bagus sekali komentarnya ,bagaimana dengan pak kriswiyoso??”

Pak kriswiyoso yang guru ekonomi menjawab : “Untuk mengganti kaca yang pecah perlu biaya Rp100.000 pak”

Wakil kepala sekolah : “Itu tak jadi masalah pak, kita bias minta ganti ke orang tua siswa yang menendang bola tadi!!. Bagaimana menurut pak Margono??”

Pak margono kaget setengah mati karena tidak menyangka akan di mintai komentar. Tapi untuk menjaga gengsi, lagi pula dia pernah ikut nguping waktu guru-guru di tatar KBK. Pak margono pun memberikan komentar menurut disiplin ilmunya.

Pak Margono : “Kalau di tinjau dari sudut pandang disiplin ilmu saya, Kaca yang pecah tadi eh… e e enganu..kaca yang pecah tadi menambah pekerjaan saya tetapi belum mampu untuk dapat menaikkan gaji saya.”

Wakil kepala sekolah : “Hebat….bagus, bagus, jenius sekali pak Margono ini. Di tangah musibah malah di jadikan kesempatan untuk minta naik gaji.”